Hari ini: "Sinetron" Polemik Tryout Berujung OTT
Judul : Hari ini: "Sinetron" Polemik Tryout Berujung OTT
link : Hari ini: "Sinetron" Polemik Tryout Berujung OTT
akhi-media.blogspot.co.id - Mari berbicara untuk beropini tentang "Sinetron" Polemik Tryout Berujung OTT
![]() |
Ilustrasi. GOOGLE/image |
KABUPATEN BIMA - Tryout hakikinya sebagai pendongkrak semangat belajar siswa dalam menghadapi ”perang” Ujian Nasional (UN) dan Ujian Sekolah Berbasis Nasional (USBN) justeru menjadi ajang pungli. Alhasil korupsi terselubung menjadi borok yang memalukan. Operasi Tangkap Tangan (OTT) menjadi jawaban faktanya.
Peristiwa OTT yang terjadi pada Kamis lalu, telah menodai dan menambah catatan hitam di dunia pendidikan. Begitu kata Delian Lubis, aktifis kawakan di Bima ini pada Metromini, Sabtu (24/3/2018) malam.
OTT yang terjadi, ulas Delian, berawal mula dari adanya ketidakseragaman nominal "pungutan" oleh UPT, yakni ada yang menarik Rp50 ribu, Rp55 ribu, dan Rp65 ribu. Sedangkan tryout itu bukan urusan dinas apalagi ursan kabid tapi menjadi urusan sekolah karena sekolah lah yang punya duit dari BOS dan punya siswa.
OTT itu lanjutnya, bisa jadi karena Tim saber menganggap bahwa nominal duit yang dipungut oleh UPT tidak sama dan tempat foto copy soal tryout sepertinya diarahkan oleh kabid dan UPT yakni di Julhida. Padahal penggadaan soal tryout bisa langsung dikelola pihak sekolah dengan bebas memilih tempat foto copy. "OTT ini diduga bagai kisah sinetron saja," terang eks LMND Bima itu.
Di samping itu, Tim saber mungkin melihat proses penetapan tryout tidak prosedural yakni tanpa melewati kesepakatan kepala sekolah dengan dewan guru, komite sekolah atau orangtua siswa sebagaimana amanat Permendikbud nomor 1/2018 Bab 5 tentang BOS, dan Permen 75/2016. Bahwa dari proses saja diduga sudah dilanggar karena tidak melakukan rapat untuk menghasilkan kesepatakan, tapi oleh kabid mengambil keputusan rapat dengan pihak UPT yang tidak ada hubungannya dengan tryout
Di sisi lain sorot Delian, meskipun pemerintah secara resmi telah membuat keputusan bahwa Ujian Nasional atau UN sejak tahun 2015 hanya akan dijadikan alat ukur dan pemetaan. Namun oleh banyak pihak UN sebagai momok yang menakutkan sehingga harus dihadapi dengan penuh persiapan.
"Entah tidak paham atau karena dorongan nafsu menjadikan tryout sebagai ladang "proyek" mengumpulkan Rupiah oleh para pihak yang bertingkah seperti "tukang riba", sehingga harus menciptakan suasana seolah-olah ujian (UN dan USBN) adalah momok yang menakutkan," jelas dia.
Ia mengatakan, untuk menghadapi momok itu, maka Tryout menjadi salah satu cara yang ditempuh sekolah atas perintah oknum Dinas pendidikan. Dalihnya bahwa cara ini dipilih sebagai alternatif untuk melatih siswa mengerjakan soal-soal sesuai dengan standar kompetensi lulusan (SKL) yang telah atur dalam Permendikbud Nomor 54 Tahun 2013. Benarkah demikian, tentu jawabannya belum bisa diberikan secara tegas karena belum ada bukti bahwa tryout berpengaruh positif atas nilai dan tingkat kelulusan siswa.
“Jika demikian halnya, maka petanyaannya seberapa relevankah tryout yang dilakukan dapat mendongkrak nilai UN, signifikankah tryout dengan kevaliditasan nilai, dan mengapa tryout masih harus dilaksanakan ditengah Ujian Nasional sudah tidak lagi sebagai penentu kelulusan, jangan-jangan tryout itu hanya basa-basi pendidikan,” tanya dia.
Pertanyaan-pertanyaan macam inisambungnya, akan terus mengejar pengelola institusi pendidikan karena tryout seharusnya dapat dilakukan secara mandiri oleh guru kelas atau guru mata pelajaran dalam bentuk simulasi yang tidak harus menghabiskan anggaran negara dari dan BOS yang cukup besar dengan tetap mengacu pada kisi-kisi Ujian Sekolah Bertaraf Nasional (USBN), sebab yang dihadapi itu bukan UN, tapi USBN yang materi ujiannya diketahui oleh guru di sekolah.
“Hemat saya jika sekolah mendayagunakan potensi gurunya dan menggerakan pola simulasi untuk mengujicoba kemampuan serta melatih mental siswa, maka tryout itu merupakan kegiatan yang mubazir dan berorientasi proyek apabila tetap ngotot dilaksanakan,” ungkapnya.
Sebabnya, sambung Lubis, berbeda ceritanya ketika UN dulu dipakai sebagai penentu kelulusan, maka tryout wajib diadakan, namun karena zamannya sudah berbeda bahwa UN hanya dipakai sebagai alat pemetaan, dan justeru USBN sebagai penentu kelulusan, maka hal inilah yang harus dipahami oleh semua pihak pengelola pendidikan agar tidak menganggap tryout sebagai suatu keniscayaan.
"Pada aspek pembuatan soal tryout dilimpahkan pada asosiasi guru (MGMP/K3S). Itu artinya bahwa guru-guru di sekolah memiliki otoritas dan kesempatan untuk mengarahkan siswa pada pengajaran materi serta latihan soal yang mengarah pada bentuk soal yang bakal keluar di ujian (USBN) melalui program simulasi yang tidak harus dengan cara tryout berbiaya mahal dan merugikan negara seperti skandal di Kabupaten Bima yang terjaring Operasi Tangkap Tangan (OTT) oleh Tim saber pungli," jelasnya.
Sementara itu Kasat Reskrim Polres Bima, AKP. David Sidik mengatakan, untuk perkara itu bisa dikonfirmasi kepada Ketua Satgas Pungli. "Untuk Ketua Satgas punglinya Pak Waka. Mungkin langsung dengan beliau atau langsung dengan Pak Kapolres saja," terangnya, malam ini kepada Metromini. (RED)
Demikianlah Artikel Hari ini: "Sinetron" Polemik Tryout Berujung OTT
Sekianlah artikel Hari ini: "Sinetron" Polemik Tryout Berujung OTT kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.
Anda sekarang membaca artikel Hari ini: "Sinetron" Polemik Tryout Berujung OTT dengan alamat link https://akhi-media.blogspot.com/2018/03/hari-ini-sinetron-polemik-tryout.html