Hari ini: Mutualisme Simbiosis (Nasionalis-Religius-Historisasi Sosial) dalam Pilkada Kota Bima 2018
Judul : Hari ini: Mutualisme Simbiosis (Nasionalis-Religius-Historisasi Sosial) dalam Pilkada Kota Bima 2018
link : Hari ini: Mutualisme Simbiosis (Nasionalis-Religius-Historisasi Sosial) dalam Pilkada Kota Bima 2018
akhi-media.blogspot.co.id - Mari berbicara untuk beropini tentang Mutualisme Simbiosis (Nasionalis-Religius-Historisasi Sosial) dalam Pilkada Kota Bima 2018
Oleh: Gufran Hanuar
Pasangan Calon Wali dan Wakil Wali Kota Bima, H. A. Rahman dan Hj. Ferra Amalia atau dikenal Paslon MANuFER. FACEBOOK/Manufer Utama |
OPINI - Sudah hal lajim dalam setiap perhelatan demokrasi melaui sistim pemilihan langsung bahwa genderang perang antar para pendukung Pasangan Calon (Paslon) pasti tidak bisa dihindari. Kondisi ini menjadi dinamika apik dalam setiap perhelatanya.
Demikian juga dalam pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) serentak pada tahun 2018 ini. Gesekan dan tabuh gendera perang antar pendukung Paslon pun kerap menjadi tontonan yang menarik sekaligus membosankan setiap harinya--sebut saja dalam tiga bulan terakhir ini, misalnya.
Gesekan dan perang opini antar pendukung tidak saja menghiasi dinding dan linimasa warga sosial media seperti Fesbuker. Tetapi juga menjadi semacam ritual minum kopi di Sarangge-sarangge (tempat duduk tradisional-red) warga kota bima. Virus perdebatan ini terus berkecamuk bahkan pada tingkat elite dalam struktur sosial yang ada di tengah masyarakat.
Sementatara ini, sudah ada 4 Pasangan Bakal Calon (Pabalon) yang resmi mendaftar di KPUD. Dua pasangan Pasbalon dari usungan partai politik dan dua pasangan balon lagi dari jalur independen. Meski penetapanya baru akan dilakukan pada tanggal 12 Februari 2018 mendatang. Namun para pendukung ke 4 Pasbalon ini sudah saling menabuh perang opini dan strategi untuk menunjukan diri sebagai Pasbalon yang terkuat baik dalam bentuk opini maupun melalui kegiatan seremonial.
Perang antar pendukung tersebut semakin bergerumuh ketika media masa pun secara aktif dan massif ikut terlibat dalam mem-bollow up kegiatan para Pasangan Balon (Bakal Calon). Sementara bagi partai politik sebagai pengusung Pasbalon, seolah juga tidak mau ketinggalan moment. Mereka pun berlomba-lomba mengatur irama kegiatan dan ritme strategi untuk menaikkan elektabilitas Pasbalon yang diusungnya.
Sisi lain yang menarik untuk diperbincangkan dalam Pilkada Kota Bima kali ini selain masalah perang opini antar pendukung juga masalah komposisi partai pendukung. Pasbalon H. A. Rahman H. Abidin, SE alias H. Man dan Hj. Ferra Amelia, SE, MM yang dikenal dengan tag line MANuFER. Di sana ada Partai Demokrat, PDIP dan PKS.
Seperti kita ketahui, PDIP identik dengan partai nasionalis sementara PKS adalah partai religius dan Partai Demokrat sendiri adalah partai nasionalis relijius. PKS dan PDIP dalam beberapa hal sangat sulit menyatu dalam kebersamaan. Tapi khusus dalam Pilkada Kota Bima. Dua partai dengan ciri ideologi militansi yang cenderung berbeda malah melekat. Kedua partai itu begitu harmonis dan romantis dalam mendukung Pasbalon MANuFER.
Seperti kita ketahui, PDIP identik dengan partai nasionalis sementara PKS adalah partai religius dan Partai Demokrat sendiri adalah partai nasionalis relijius. PKS dan PDIP dalam beberapa hal sangat sulit menyatu dalam kebersamaan. Tapi khusus dalam Pilkada Kota Bima. Dua partai dengan ciri ideologi militansi yang cenderung berbeda malah melekat. Kedua partai itu begitu harmonis dan romantis dalam mendukung Pasbalon MANuFER.
Perpaduan dua Partai Besar ini semakin indah dan sempurna dengan adanya Partai Demokrta sebagai poros penting dalam memperjuangkan paket MANuFER.
Tidak berlebihan rasanya, jika gabungan 3 partai besar dengan ciri kahas ini malah menjadi magnet dan daya tarik tersediri dalam Pilkada Kota Bima. Mengapa saya katakan demikian?
Sebab penyatuan tiga partai ini tidak terlepas dari bersatunya dua arus kekuatan besar dalam Pilakada Kota Bima di tahun 2013 yang lalu. Di mana Pasangan Calon, H. A. Rahman yang berposisi sebagai Calon Wakil dalam paket QURMA (Qurais-Man) dan HJ. Ferra Amalia yang di Pilada 2013 lalu adalah Calon Wali Kota dari Paslon yang dikenal dengan jargon FERSY RAKYAT.
Meski akan banyak melahirkan intepretasi . Kenyataanya gabungan dua figur penting yang menjadi kompetitor dalam Pilkada Kota Bima tahun 2013 lalu tidak bisa di anggap main-main. Apalagi dua figur dikenal memiliki akar kekuatan militansi yang masih kokoh di tengah masyarakat kota bima saat ini.
Pada posisi inilah pelangi Pilkada Kota Bima teramat menarik untuk di amati. Dalam Pilkada langsung. pengaruh figur pribadi Paslon masih menjadi arus yang sangat dominan dalam menentukan kemenangan dalam Pilkada langsung. Dan pastinya, kondisi ini terjadi lantaran sebagian masyarakat kita masih sangat menghormati tatanan struktur sosial yang sudah menjadi budaya turun temurun dalam warisan leluhur. Dan tatanan itu masih sangat kuat di tengah masyarakat Kota Bima khususnya pada segmen pemilih kalangan tua.
Jika mengacu pada gambaran tatanan dan struktur sosial yang masih berlaku dalam masyarakat bima tersebut. Maka asumsi awal pasangan MANuFER tak terbendung dalam memenangkan pertarungan Pilkada tahun ini memang sulit ditolak akal dan logika.
Dan saya menyebutnya inilah Mutuisme Simbiosis dalam politik itu. Terutama mutualisme simbiosis antara kekutan koalisi nasionalis -religuis dan konfigurasi pasangan MANuFER hyang berakar historis dengan segala kekuatanya yang melekat.
Singkatnya saya ingin mengatakan. Dalam pilkada kota bima 2018 ini kita akan melihat arus dukungan besar dalam kekuatan mutualisme simbiosis yang akan menghempaskan arus dominasi 9 partai melalui jejak suara perolehan di Pemilihan Umum atau Pemilihan Legislatif (Pileg) tahun 2014 yang lalu.
Pertarungan gagasan dan strategis memang akan mewarnai dalam Pilkada Kota Bima saat ini. Tapi lagi-lagi. Tetap yang menjadi kartus AS kemenangan tetap ditentukan oleh kuatnya struktur sosial yang ada di tengah masyarakat. Dan pemilik aras dan arus dukungan berdasarkan tatanan dan struktur sosial kuat tersebut hanyalah Pasbalon MANuFER (H. Man dan Umi Fera).
Saya tidak bermaksud mengecilkan peluang paslon lain. Tapi kondisi real di tenagh masyarakat menunjukan bahwa pasbalon lain belum kokoh terbangun untuk yang saya maksudkan tersebut.
Terakhir. Tetap kita kembali pada rumusan pertarungan. Bahwa dalam Pilkada serentak 2018 ini juga akan diberlakukan teori sepakbola. Sukar ditebak, penuh kejutan dan sering berakhir dengan kondisi yang sangat dramatis, tidak ada jaminan pasti.
Bahwa kemenangan bisa jatuh pada kandidat mana saja. Termasuk pada kandidat Paslon yang tak diunggulkan sekalipun. Dan begitulah politik membuat daya tarik dirinya untuk menjadi magnet bagi kita semua. Kita tunggu tanggal main dan hasilnya di hari pencoblosan yang jatuh pada tanggal 27 Juni 2018 mendatang. ***
================
Penulis adalah Mantan Ketua Umum HMI Cabang Bima 2015-2016
Demikianlah Artikel Hari ini: Mutualisme Simbiosis (Nasionalis-Religius-Historisasi Sosial) dalam Pilkada Kota Bima 2018
Sekianlah artikel Hari ini: Mutualisme Simbiosis (Nasionalis-Religius-Historisasi Sosial) dalam Pilkada Kota Bima 2018 kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.
Anda sekarang membaca artikel Hari ini: Mutualisme Simbiosis (Nasionalis-Religius-Historisasi Sosial) dalam Pilkada Kota Bima 2018 dengan alamat link https://akhi-media.blogspot.com/2018/01/hari-ini-mutualisme-simbiosis.html