Hari ini: Pro dan Kontra Pelayanan RSUD Bima, "Direktur: Jangan Sampai Kita Diblack List Kemenkes"
Judul : Hari ini: Pro dan Kontra Pelayanan RSUD Bima, "Direktur: Jangan Sampai Kita Diblack List Kemenkes"
link : Hari ini: Pro dan Kontra Pelayanan RSUD Bima, "Direktur: Jangan Sampai Kita Diblack List Kemenkes"
akhi-media.blogspot.co.id - Mari berbicara untuk beropini tentang Pro dan Kontra Pelayanan RSUD Bima, "Direktur: Jangan Sampai Kita Diblack List Kemenkes"
Korban chaos polisi dan warga di Kecamatan Sape yang dinilai dokter sepsialis tidak perlu dilakukan operasi. FACEBOOK/Arif M Zen |
KOTA BIMA - Setelah konflik yang terjadi antara warga dan anggota Polsek Sape di Desa Bugis, Kecamatan Sape, Kabupaten Bima, Kamis, 26 Juli 2018 lalu. Diketahui, dalam kasus itu, pelaku curanmor bernama Candra meninggal dunia di tangan massa. Saat Candra ingin dievakuasi, bentorkan pun terjadi dan dua orang warga dilarikan ke RSUD Bima. Kasus ini pun berujung pada pengrusakan mobil dan kantor Polsek Sape.
Dalam penanganan dua orang warga korban chaos di Sape itu. Polemik pun berlanjut di RSUD Bima. Pasalnya, seorang pemuda bernama Arif M Zen merasa kecewa dengan penanganan yang dilakukan pihak RSUD Bima. Karena kecewa, kata dia, seorang pasen beserta keluarga memilih pulang ke rumah. Dia menuding hal ini lantaran bobroknya pelayanan yang diberikan oleh pihak RSUD BIMA.
"RSUD Bima harus berbenah. Rumah Sakit adalah rumahnya bagi orang-orang yang Sakit bukan tempatnya orang tidak waras tapi pura-pura waras. Di RSUD Bima ada dokter s*nting atas nama Ali Reza. Yang telah menuding dan menyebar fitnah di muka umum bahwa keluarga pasien dan mahasisa mau mengambil keuntungan terkait kasus yang tengah ditangani. #Copot#Dokterg*laini#," tulis Arif dalam lini masaFacebooknya, Sabtu, 28 Juli 2018 kemarin.
Ia menjelaskan, ada dua orang pasien dari sape yg dirujuk ke RSUD Bima sejak hari Kamis (26/7/2018) malam untuk dirawat. Dari hasil visum keduanya dinyatakan untuk dioperasi dan dianjurkan berpuasa sampai hari Sabtu (28/7/2018) siang. Namun, operasi itu belum juga dilakukan.
"Setelah dilakukan klarifikasi yang satu orang harus dirujuk ke Mataram dan yang satu tidak jadi dioperasi dengan alasan lukanya tidak terlalu parah. Ini penjelasan oleh dokter g*la yg bernama Ali Reza dengan nada songong dan membentak kami," cerita dia kepada Metromini, Minggu (29/7/2018) siang tadi.
Akhirnya, sambung Arif, sempat bersitegang karena menuding dan memfitnah kami (Pengurus BEM STISIP MB) dan keluarga korban di muka umum, Menurut dokter itu, kata Arif, ada yang mau mengambil keuntungan dari masalah ini hingga berimbas pada kepulangan pasien beserta keluarganya.
"Namun, karena menilai pelayanan RSUD Bima yang diberikan kurang memuaskan dan tidak memenuhi standar operasional, akhirnya pasien pulang ke sape, di tengah pasien masih dalam pengawasan pihak kepolisian," sahut dia.
Ungkapan yang bernada menyorot manajemen RSUD Bima, seorang warganet lainnya, Fitrullah berharap Arif M Zen untuk bersabar. Pasalnya, menurut Fitrullah, butuh proses yang panjang dalam memperbaiki bidang kesehatan di Bima..
"Menurut saya mungkin ini masalah klasik seeperti soal SDM yang kurang mengingat banyaknya pasien dari pada tenaga medis. Belum lagi eralatan yang masih kurang memadai mengingat rujukan lanjut pasti ke Mataram," ujar Fitrullah.
Ia menambahkan, masalah anggaran alokasi kesehatan juga perlu ditambah untuk mengoptimalisasi masalah di atas. Menurut dia, gerakan yang bagus adalah mendesak pemerintah daerah dan pemerintah pusat untuk menurunkan anggaran lebih besar untuk biaya kesehatan di RSUD Bima.
"Selain soal anggaran, berikan kesadaran kepada masyarakat agar tidak terjadi perselisihan di bidang kesehatan yang akan menimbulkan kesalahpahaman," ujar pemuda asal Kelurahan Rontu, Kota Bima itu.
Korban chaos polisi dan warga di Kecamatan Sape yang kembali pulang dari RSUD Bima. FACEBOOK/Arif M Zen |
Di tempat yang terpisah, Direktur BLUD RSUD Bima, drg. H. Ihsan menjelaskan, masalah yang diributkan oleh Arif dan rekan-rekannya bahwa mereka ingin memaksa dokter spesialis bedah untuk melakukan operasi. Sementara dalam diagnosa dan penilaian medis luka yang dialami korban tidak perlu dioperasi.
"Pertimbangan dokter adalah pertimbangan ahli yang tentu lebih paham dan lebih mengerti soal pasien ketimbang pihak lainnya. Dan dari dua pasiem itu, saat ini ada yang dirujuk ke Mataram dan sudah kembali ke rumahnya satu orang," papar H. Ihsan, Minggu (29/7/2018) oagi tadi.
Ihsan menyayangkan sikap yang tidak sopan dari pihak Arif CS yang mengumpat dokter dan mengata-ngatain yang tak sepantasnya seperti kata bod*oh dan g*la. Untuk diketahui, Dr Ali Reza adalah dokter spesialis bedah. Untuk mendapat gelar itu seseorang harus sekolah kurang lebih 11 tahun lamanya.
"Spesialis dokter bedah ini kuliah jadi dokter umum 5 atau 6 tahun, dilanjut ambil spesialis selama 5 tahun. Tidak bisa keluarga pasien atau pihak lain menekan dokter supaya harus operasi dan meminta dokter untuk menyatakan bahwa luka itu akibat peluru," jelas Direktur.
Ihsan menambahkan, di tengah minimnya keberadaan dokter di Bima, Semestinya dokter spesialis seperti Dr Ali Reza yang merupakan dokter spesialis bedah yang didatangakan hasil lobi di Jakarta dan baru bertugas selama 2-3 bulan di Bima harus dihargai dan dihormati keberadaannya.
"Untung sudah ada dokter ahli bedah seperti Dr Ali Reza yang baru tugas selama 3 bulan di Bima. Dan kehadirannya dari Jakarta merupakan hasil lobi kami di Kemenkes. Dan kehadiran beliau sudah sepatutnya kita jaga untuk membantu masyarakat Bima agar tak perlu berobat jauh-jauh karena dokter spesialis yang minim adanya," papar Direktur dengan nada penuh harap.
Kata dia, bagaimana jika dokter-dokter yang bekerja di Bima dibuat dalam keadaan tidak nyaman dan mereka tak ingin bekerja di Bima. Dan jika pun itu terkadi, tentu RSUD Bima akan mendapat blacklist dari Kemenkes atas sikap warga yang tak menghargai keberadaan dokter saat ini.
"Saya harap kita semua bisa menghargai keputusan dokter spesialis yang memang ahli di bidangannya. Jangan sampai setelah capek dilobi di Kemenkes, dokter sudah datang lalu mereka tidak nyaman dan pergi. Dalam posisi ini jelas kita akn di-balcklist karena dokter tersebut masuk dalam program WKDS (Wajib Kerja Dokter Spesialis)," pungksnya.
"Jika keadaan buruk terjadi, Bima tidak akan dapat jatah lagi untuk alokasi dokkter spesialis di kemudian hari," tambah Direktur. (RED)
Demikianlah Artikel Hari ini: Pro dan Kontra Pelayanan RSUD Bima, "Direktur: Jangan Sampai Kita Diblack List Kemenkes"
Sekianlah artikel Hari ini: Pro dan Kontra Pelayanan RSUD Bima, "Direktur: Jangan Sampai Kita Diblack List Kemenkes" kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.
Anda sekarang membaca artikel Hari ini: Pro dan Kontra Pelayanan RSUD Bima, "Direktur: Jangan Sampai Kita Diblack List Kemenkes" dengan alamat link https://akhi-media.blogspot.com/2018/07/hari-ini-pro-dan-kontra-pelayanan-rsud.html